Friday, March 25, 2011

Faris Odeh


Bangkitku dari pejam lena yang kelam,
Dari lena yang menceritakan mimpi,
Sebuah mimpi yang menceritakan sinar indah abadi,
Hidup pada bungaan istana,
Harumanku haruman kasturi,

Lalu di satu sudut yang redup,
Aku beradu dalam belaian manja ummiku,
Terdengar redup lagu-lagu zikir,
Sehingga aku rasa tenang pada setiap bencana dan peluru dunia,
Tersenyum bibir ku bila mata ini menerima cahaya dunia nyata,
Alhamdulillah,
Bersyukurku nikmat walau pada lena yang singkat,

Di hening pagi subuh aku melangkah berlari,
Berlari menggapai bauan kasih wallid dan ummi,
Ku peluk keduanya,
Ku peluk erat beriringan air mata,
Seperti aku akan kehilangan mereka pada tanggal ini,

Di luar,
Dentuman kejam peluru liar makin menjalar,
Tertanam pada zahir tubuh-tubuh para mujahiddin,
Peluru yang mengikis binaan pegun rumah dan tamadun,
Peluru gila merasuk manusia
Merasuk membunuh jiwa yang biasa,
Seperti diiringi pemujaan dan pukau lalu hilang apa yang waras,
Tentera yang malas,
Laparkan darah,
Darah yang menggelodak membuak-buak memekik-mekik kemerdekaan.

Selepas puas aku tatapi keduanya,
Aku solat dan beribadat,
Aku rasa bertenaga jingga,

Hari-hariku yang aku perjuangkan,
Menentang ‘setan-setan’ yang moden al-kisahnya,
Aku tentang pada niat mereka,
Menentang Islam yang tiada gaduh pada setiap kafir,
Oleh kerana kau bermain api,
Aku sahutnya sungguh pun aku mati,

Aku melangkah keluar pada muka pintu ku,
Lalu ku membelah sayu pada wajah ummi dan walid,
Cekal pada setiap kering yang gering pada tanah tandus yang subur,
Aku sayang pada mereka tapi hatiku pada Allah ku setia,
Berlari ku menggenggam batu jalanan sebagai peluru yang akan mematikan,
Beratus dan bertalu-talu aku lontarkan sehinggalah.....
Pam!!!!!!
Ku usap ke dada ku dan kurasakan basah,
Basah?? Darah??
Argh... perit ku rasakan,
Bukan kerana sakit menyelimuti badan tapi terbayangkan lambaian yang ku terima itu
Lambaian yang ku rasakan adalah yang terakhir,
Getar ketab bibir mengucap syahadah,
Lalu duniaku lena buat selama-lamanya,
Biarpun sungguh,
Aku tau matiku bukan berbatu,
Tapi bersulam emas yang ada sinar perjuangan Allah yang satu.
Allahu akbar!!!!!!
 tribute to Faris Odeh

No comments:

Post a Comment

TETAMU ROH

Kita boleh mendengar apa yang kita cakap,
Tapi tak semestinya kita dapat bercakap tentang apa yang kita dengar,
Kita boleh melihat apa yang kita rasa,
Tapi tak semestinya kita dapat rasakan tentang apa yang kita lihat,
Kita boleh makan apa yang berada dalam tanaman kita,
Tapi tak semestinya setiap yang ada dalam tanaman kita adalah makanan kita,
kita boeh minum dalam setiap sungai yang mengalir jernih,
tapi tak semestinya air yang jernih perlu kau dahagakan,
kita boleh tertawa dalam setiap kisah suka ,
tapi tak semestinya setiap suka kita perlu ditertawakan,
kita boleh menangis dalam setiap duka hiba,
tapi tak semestinya duka itu diiringi setiap tangisan,
kita boleh ingat apa yang kita tahu,
tapi tak semestinya kita akan tahu apa yang kita ingat,
kita boleh nyanyikan pada setiap dendangan lagu,
tapi tak semestinya setiap lagu perlu adaya nyanyian,
kita boleh meminta apa sahaja tentang apa yang kita mahu,
tapi tak semestinya apa yang kita dapat adalah dari permintaan kita,

Ingatan

Meski pun aku hilang keupayaan untuk berbahasa
tapi aku tetap petah berkata2 tentangmu
biar duniaku diam tanpa sebaris lisan
tapi tergiang-ngiang hembusan nafasmu di cuping-cupingku
setiap lenggokan jiwa dan sayang mu ingin ku tatap
aku seru peluk menggunung hiba merajuk
barang sedetik tiada dalam ingatan
pergimu bialah sudah
tapi tanamkan lah keranda cinta di kubur hatiku