Tuesday, August 9, 2011

Fitnah

Dalam semak kau merebak
Tumbuh teguh menjalar
Tapi semua dalam diam

Hidup manusia yang tidak senang
Tidak tenang
Mencari salah dan asbab pada kejatuhan kesenangan serumpun
Mencontengkan kisah palsu
Cerita tipu dan busuk

Air liur yang membunuh diri-diri yang tidak mengerti
Tajamnya yang menghiris
Lebih tajam dari pedang-pedang perwira
Kata-kata bangkai yang merasuk minda
Menghasut seperti pukauan sang pendita
Membuatkan kau kejutkan aib dari lenanya

Hanya untuk menutup kesalahan diri
Selembar kisah kau cipta agar rama-rama terleka
Membuatkan jari-jari mereka menuding kepada bukan pelakunya

Hasilnya
Kau bersorak melompat kesyukuran pada dosamu
Dosa yang tinggi darjatnya dari membunuh
Mungkin pada kau tiada penyesalan
Kerana kau mahir memainkan tali-tali boneka mu
Yang mengikut gerak tangan fitnahmu..

No comments:

Post a Comment

TETAMU ROH

Kita boleh mendengar apa yang kita cakap,
Tapi tak semestinya kita dapat bercakap tentang apa yang kita dengar,
Kita boleh melihat apa yang kita rasa,
Tapi tak semestinya kita dapat rasakan tentang apa yang kita lihat,
Kita boleh makan apa yang berada dalam tanaman kita,
Tapi tak semestinya setiap yang ada dalam tanaman kita adalah makanan kita,
kita boeh minum dalam setiap sungai yang mengalir jernih,
tapi tak semestinya air yang jernih perlu kau dahagakan,
kita boleh tertawa dalam setiap kisah suka ,
tapi tak semestinya setiap suka kita perlu ditertawakan,
kita boleh menangis dalam setiap duka hiba,
tapi tak semestinya duka itu diiringi setiap tangisan,
kita boleh ingat apa yang kita tahu,
tapi tak semestinya kita akan tahu apa yang kita ingat,
kita boleh nyanyikan pada setiap dendangan lagu,
tapi tak semestinya setiap lagu perlu adaya nyanyian,
kita boleh meminta apa sahaja tentang apa yang kita mahu,
tapi tak semestinya apa yang kita dapat adalah dari permintaan kita,

Ingatan

Meski pun aku hilang keupayaan untuk berbahasa
tapi aku tetap petah berkata2 tentangmu
biar duniaku diam tanpa sebaris lisan
tapi tergiang-ngiang hembusan nafasmu di cuping-cupingku
setiap lenggokan jiwa dan sayang mu ingin ku tatap
aku seru peluk menggunung hiba merajuk
barang sedetik tiada dalam ingatan
pergimu bialah sudah
tapi tanamkan lah keranda cinta di kubur hatiku